Kaur | TOPIKAR – Perubahan arah pertanian di Kabupaten Kaur semakin terasa. Jika selama puluhan tahun karet menjadi primadona dan sumber penghasilan utama, kini sebagian besar petani mulai menebang kebun karet mereka dan beralih ke tanaman kelapa sawit.
Langkah ini muncul bukan tanpa alasan. Berdasarkan data lapangan dan hasil pantauan di sejumlah kecamatan seperti Kaur Selatan, Kaur Tengah, dan Maje, harga tandan buah segar (TBS) sawit yang relatif stabil, serta hasil panen yang bisa dilakukan setiap dua minggu sekali, membuat sawit lebih menarik secara ekonomi dibanding karet yang membutuhkan perhatian setiap kali ingin mendapatkan getah.
Dari sisi produktivitas, sawit mampu menghasilkan sekitar 5 hingga 12 ton TBS per hektar per tahun, tergantung perawatan dan usia tanaman. Dengan harga pasar yang konsisten, petani bisa mendapatkan pendapatan rata-rata Rp3–4,5 juta per hektar per bulan, bahkan lebih pada kondisi optimal.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebaliknya, tanaman karet meskipun memiliki nilai jual yang tinggi per kilogram, membutuhkan waktu panen lebih lama dan biaya tenaga kerja yang cukup besar. Rata-rata hasil getah karet berada di kisaran 700–1.000 kg per hektar per tahun, dengan masa belum menghasilkan yang bisa mencapai 4–7 tahun sejak tanam.
“Karet tetap bagus, tapi prosesnya lama dan biaya sadapnya tinggi. Kalau sawit, setiap dua minggu sekali bisa panen dan uangnya langsung terasa,” ujar salah satu petani di Kecamatan Kaur selatan.
Namun, para ahli pertanian mengingatkan bahwa tren alih komoditas ini sebaiknya dilakukan dengan perencanaan dan perhitungan matang. Menebang pohon karet besar dan menggantinya dengan sawit memang tampak menjanjikan, tapi tidak semua lahan cocok untuk tanaman sawit, dan modal awalnya juga tidak sedikit.
“Petani harus lebih bijak. Jangan hanya ikut-ikutan menebang karet tanpa memperhitungkan kondisi tanah, biaya perawatan, dan hasil jangka panjang. Sawit memang cepat menghasilkan, tapi juga butuh manajemen yang serius,” jelas salah satu penyuluh pertanian di Kaur.
Pemerintah Kabupaten Kaur pun diharapkan terus memberikan pendampingan dan edukasi kepada petani, agar setiap keputusan alih tanam didasari pertimbangan ekonomi yang rasional dan berkelanjutan. Dengan dukungan yang tepat, sawit dan karet sama-sama bisa menjadi komoditas unggulan yang menopang perekonomian masyarakat Kaur ke depan.
Kesimpulan:
Sawit memang menawarkan hasil cepat dan pasar stabil, tapi karet tetap memiliki potensi jangka panjang. Petani perlu berhitung secara cermat agar tidak salah langkah dalam menentukan masa depan lahannya.
Penulis : Zoni ap
Editor : Zn