Kecamatan Luas – Kondisi kritis jembatan penghubung di Desa Benua Ratu, Kecamatan Luas, Kabupaten Kaur, menjadi perhatian serius setelah Anggota DPRD Kabupaten Kaur dari Partai Bulan Bintang (PBB), Rio Candra, meninjau langsung lokasi pada Selasa, 10 Desember 2024. Jembatan tersebut, yang menjadi jalur utama masyarakat dalam mengangkut hasil kebun dan sawah, kini berada dalam kondisi memprihatinkan.
Menurut keterangan Siratjudin, salah satu tokoh masyarakat Desa Benua Ratu, jembatan ini belum pernah mengalami perbaikan total. Selama ini, upaya perbaikan hanya dilakukan dengan mengganti papan-papan yang rusak melalui dana swadaya masyarakat.
“Kami bergotong royong memperbaiki sebisanya, tetapi ini tidak cukup. Kami sangat berharap pemerintah segera turun tangan untuk memberikan solusi permanen,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Rio Candra, yang juga anggota Komisi I DPRD Kabupaten Kaur, mengaku prihatin melihat langsung kondisi jembatan yang menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat setempat.
“Jembatan ini adalah urat nadi masyarakat untuk mengakses perkebunan mereka. Jika dibiarkan, dampaknya tidak hanya pada ekonomi, tetapi juga pada keberlangsungan hidup masyarakat,” ujar Rio.
Ia menambahkan bahwa masalah ini harus segera menjadi perhatian serius pemerintah daerah. “Kami akan memperjuangkan agar jembatan ini masuk dalam skala prioritas pembangunan. Pemerintah tidak boleh menutup mata terhadap kebutuhan mendesak ini,” ungkapnya.
Masyarakat Desa Benua Ratu, yang selama ini bergantung pada jembatan tersebut, menyambut baik kunjungan dan perhatian Rio Candra.
“Kami sangat berterima kasih atas kunjungan beliau. Kehadirannya memberikan harapan baru bagi kami yang selama ini merasa diabaikan,” kata Siratjudin penuh harap.
Namun, harapan besar kini bertumpu pada pemerintah Kabupaten Kaur, khususnya kepada Bupati terpilih, untuk memberikan perhatian serius terhadap infrastruktur dasar seperti jembatan ini. Warga berharap bahwa janji pembangunan tidak hanya menjadi retorika, melainkan diwujudkan dalam tindakan nyata.
“Jembatan ini bukan sekadar sarana fisik, tetapi simbol keberlangsungan hidup masyarakat kami,” pungkas Siratjudin, mewakili suara warga Desa Benua Ratu.
Lalu, akankah jeritan masyarakat ini akhirnya mendapat tanggapan yang layak? Hanya waktu yang akan menjawab, apakah jembatan Benua Ratu akan kembali kokoh menjadi penopang kehidupan atau tetap menjadi saksi bisu keterbatasan.
Penulis : Zoni ap
Editor : Zn