CERPEN – Aku terbangun dari tidurku yang singkat di lantai kayu rumahku yang reyot. Aku melihat jam dinding yang sudah berkarat. Pukul 05.00 pagi. Aku harus segera bersiap-siap untuk pergi ke pasar. Aku adalah seorang penjual sayur. Setiap hari aku harus bangun sebelum matahari terbit, mengambil sayur dari kebun belakang rumahku, dan membawanya ke pasar dengan sepeda tua yang sudah berkarat juga.
Aku tidak sendirian. Aku tinggal bersama ibuku yang sudah tua dan sakit-sakitan, dan adikku yang masih berusia 10 tahun. Ayahku sudah meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan kerja. Dia adalah seorang buruh pabrik yang hanya digaji Rp 1.000.000 per bulan. Setelah dia tiada, aku yang harus menggantikan perannya sebagai kepala keluarga. Aku baru berusia 15 tahun.
Aku tidak pernah bersekolah. Aku tidak punya uang untuk membayar biaya sekolah, buku, seragam, dan lain-lain. Aku juga tidak punya waktu untuk belajar. Aku harus bekerja keras untuk menghidupi keluargaku. Aku hanya bisa membaca dan menulis sedikit, itu pun karena diajari oleh ayahku dulu. Aku selalu bermimpi untuk bisa bersekolah seperti anak-anak lain. Aku ingin belajar banyak hal, seperti matematika, bahasa, sejarah, geografi, dan lain-lain. Aku ingin menjadi orang yang pintar dan sukses.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tapi, mimpi itu hanya mimpi. Aku tahu kenyataannya. Aku tahu bahwa aku tidak punya masa depan yang cerah. Aku tahu bahwa aku akan selamanya hidup dalam kemiskinan. Aku tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Aku tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa merayakan tahun baru dengan kembang api, kue, dan hadiah. Aku tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa mengubah nasibku.
Aku hanya bisa pasrah dan bersyukur. Aku bersyukur masih punya ibu dan adik yang sayang padaku. Aku bersyukur masih punya rumah, meskipun kecil dan bobrok. Aku bersyukur masih punya pekerjaan, meskipun berat dan melelahkan. Aku bersyukur masih punya hidup, meskipun penuh dengan kesulitan dan penderitaan.
Aku berharap tahun baru 2024 akan membawa keberuntungan bagi keluargaku. Aku berharap ibuku akan sembuh dari penyakitnya. Aku berharap adikku akan bisa bersekolah dan memiliki masa depan yang lebih baik. Aku berharap aku akan bisa menemukan jalan keluar dari kemiskinan. Aku berharap aku akan bisa mengejar mimpi-mimpiku.
(Karya : zoni aprizon)